Fredrika Hubi Kana demikianlah nama yang diberikan Papa Stefanus Hire Kana dan Mama Helena Dila Kana-Manutede kepada Ika pada saat Ika dibaptis. Fredrika adalah nama baptis, Hubi dalam bahasa Sabu berarti titik tumbuh tumbuhan (hubi nyiu, hubi kalli), dan Kana berarti cahaya yang gemerlapan (do weo, do kana). Sehingga arti harafiah dari Fredrika Hubi Kana adalah : “Fredrika dengan titik tumbuh yang bercahaya gemerlap”.
Ika dan Ibnu bertemu dan berkenalan di kota sejuk Salatiga dalam Kampus Unuversitas Kristen Satya wacana antara tahun lglo sampai tahun 1912. Mereka sama-sama menuntut ilmu di Fakultas Tehnik Elektro, belajar bersama, saling membantu dan akhirnya saling mencinta.
Setelah tingkat Sarjana Muda mereka berpisah, Ika ke Bandung dan Ibnu ke Surabaya. Karena demikian cintanya Ibnu terhadap Ika maka pada saat Ika memberi tahu bahwa di Bandung Ibnu mempunyai kesempatan untuk bekerja, maka dengan segala cita-cita dan rencana yang melambung, Ibnu meninggalkan Surabaya menuju Bandung sebuah kota yang tidak kalah sejuknya dengan Salatiga.
Ibnu dan Ika sama-sama bekerja di Lembaga Elektro Tehnik Nasional – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang lebih dikenal dengan singkatan LEN – LIPI.
Lembaga ini sangat terkenal pada dekade tahun 1975 sampai tahun 1985 dengan produksi Pemancar Televisinya yang dibangun hampir diseluruh persada Nusantara dengan berbagai jenis Pemancar yang memperkenalkan Siaran Televisi kepada warga masyarakat Indonesia sampai ke daerah-daerah terpencil.
Pada tahun 1975, Ibnu mendapat tawaran pekerjaan dengan kondisi yang lebih baik, sehingga ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari LEN – LIPI dan mengikuti pelatihan Elektronika Industri di Switzerland. Sekembalinya dari Luar Negri, Ibnu bekerja pada perusahan Swasta dan pada tahun 1984,Ibnu ingin berusaha sendiri dengan mendirikan PT. Daya Indosa Pratama yang bergerak di bidang mesin-mesin Tekstil, yang masih ditekuninya sampai saat tulisan ini dibuat.
Pada tanggal 19 Desmber 1976,Ika dan Ibnu menikah dihadapan Majelis dan Jemaat Gereja Kristen Indonesia – Taman Cibunut, Bandung. Pada saat Ika dan Ibnu menikah, semua saudaranya yang berada dipulau Jawa datang ke Bandung untuk menghadiri perkawinan mereka dan juga bertemu dengan Papa dan Mama yang datang dari waingapu untuk menghadiri perkawinan Ika dan Ibnu. Saat itu merupakan saat yang menyenangkan bagi kami semua untuk berkumpul dan merayakan Natal bersama.
Setelah menikah Ika tetap setia bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada lembaga Penelitian Pemerintah sampai sekarang, walaupun tempat kerjanya sejak tahun 1986 sudah berkembang dari Lembaga Elektroteknika Nasional – LIPI menjadi empat instansi baru, yaitu satu Unit Pelaksana Tehnik – Pusat LEN – LIPI dan tida Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang).
Puslitbang dimana Ika bekerja adalah Puslitbang TELKOMA – LIPI yang melakukan penelitian dan pengembangan dibidang Telekomunikasi, Elektronika Strategis, Komponen Elektronika dan Material. Dua Puslitbang lainnya adalah Puslitbang INKOM – LIPI yang melakukan penelitian dan pengembangan dibidang Informatika dan Ilmu Pengetahuan Komputer dan Puslitbang TELIMEK – LIPI yang melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidang Tenaga Listrik dan Mekatronik.
Dari keempat instansi yang berkembang dari satu Lembaga tadi, pada tahun 1990, UPT Pusat LEN berpindah induk organisasi menjadi salah satu PT dibawah Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) dengan nomor induk pegawai masih di LIPI.
Suatu kebanggaan bagi semua karyawan Ex – Lembaga Elektrotehnika Nasional pada khususny a danlembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada umumnya telah menyumbang satu industri bagi bangsa dan negara. Semoga hasil kerja anak bangsa ini tetap dipelihara separti saat masih dibawah naungan LIPI.
Pada tahun 1982, setelah meninggalkan kuliah selama 10 tahun, Ika mencoba mengikuti Placement Test di Institut Teknologi Bandung dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Ika lulus Test dan dapat melanjutkan Studinya di Jurusan Tehnik Elektro – Fakultas Tehnik Industri – Institut Teknologi Bandung.
Tapi sayang setelah Ika lulus test, tidak dapat langsung mengikuti kuliah, karena Ika mengalami keguguran yang keempat. Baru pada tahun l984 lka dapat melanjutkan kuliah dan diwisuda pada bulan Oktober tahun 1987.
Berbahag ialah Ika, karena saat diwisuda Papa dan Mama dapat hadir menyaksikan salah satu hasil jerih payah Papa dan Mama mendidik anak-anaknya. Merupakan kebanggaan tersendiri bagi Papa dan Mama, suatu kesempatan yang tidak dialami oleh anak-anaknya yang lain.