Meskipun Thinus dan Beka cukup jauh terpaut dalam usia, ikatan cinta telah mendekatkan satu dengan yang lain. Itu terjadi di pulau cendana, sumba, tatkala sang Komandan Distrik Militer sumba, Letnan Amos Pah, mencari pendamping baginya baik di rumah maupun dalam tugas. Mereka menikah tanggal 12 Agustus 1960 di waingapu.
Beka sebagai pendamping Thinus menjadi ibu buat semua anak-anak mereka, yaitu bagi Yohanna, Isye, Ferry, Emil (anak- anak
Thinus’dan Emma Amos Pah rallo, almarhumah), dan Lody, Ary, carlos, Mia, Marsi, Meity, Septi, Adi papa.
Thinus dan Beka masih dan mungkin akan tetap memegang rekor sebagai penyumbang jumlah cucu terbanyak untuk Sang Opa Stefanus Hire Kana. Meskipun sebahagian besar anggota keluarga ini bermukim di NTT, ada empat di antaranya yang tinggal di Jakarta. Sementara ada sebahagian pernah berpindah-pindah tempat, misalnya: dari Kupang ke Jakarta lalu kembali ke Kupang, atau dari Kupang ke lalu kembali ke Kupang. Keluarga Thinus dan Beka merupakan contoh sebuah keluarga besar. Belum lagi bila dihitung juga sanak saudara ataupun lainnya yang pernah menumpang pada mereka untuk waktu lama ataupun sementara.
Inilah wujud penerapan nilai budaya di lingkungan masyarakat-masyarakat di NTT, yaitu keluarga yang dipandang mampu dan berpengaruh memikul tanggung jawab untuk memberikan layanannya kepada sanak-saudara dan tetangga yang membutuhkan bantuan. Wujud nilai ini memberikan rasa aman dan kehangatan kekeluargaan yang akan tetap tergurat dalam perjalanan hidup mereka yang mengalaminya, baik itu pengalaman yang penuh suka tawa maupun diwarnai susah duka.
Keluarga besar inilah yang telah menyumbangkan jumlah buyut paling banyak buat Papa, Opa di Sumba. Kita hitung saja, ya! Dalam keluarga Ferry dan Walu, yang menikah 26 Agustus 1976 di Kupang ada empat buyut; dari keluarga Emil dan Lily, yang menikah di Kupang tanggal 14 Januari 1987, dilahirkan dua buyut; dan keluarga Don dan Ary, yang menikah di Kupang pada tahun 1992, satu buyut dipersembahkan; dari keluarga Hendry dan Mia, yangmenikah 13 September 1982 di Kupang, lahir tiga buyut; dan dari keluarga Carlos dan Susana, yang menikah di Kupang 20 September 1993, dua buyut dilahirkan. Semuanya tidak kurang dari 13 orang. Jangan heran karena tidak sulit menjelaskannya; Thinus dan Beka pun sudah merintisya dengan memberikan sebanyak 12 cucu kepada Papa, Opa di Kandara.
Besarnya jumlah anggota dalam suatu keluarga tidak dengan sendirinya membawa masalah. Tidak di keluraga ini. Tak seorangpun anggota dewasa dalam keluarga Beka dan Thinus yang menganggur. Ragam profesi mereka cukup bervariasi, mulai dari pegawai perusahaan asing, pegawai bank pemerintah, pegawai negeri sipil, kepala kamar mesin di kapal samudera, sampai usahawan wiraswasta. Yang belum bekerja sedang menanti jawaban atas lamarannya. Jelaslah keberhasilan keberhasilan itu antara lain didukung oleh faktor telah dimilikinya ijazah yang memadai untuk jenis profesi yang dimasuki, seperti antara lain dari ASMI, AIP (Pelayaran), sarjana dalam berbagai bidang ilmu (hukum, administrasi negara, dan sebagainya) ataupun penguasaan berbagai ketrampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Dalam keluarga Thinus dan Beka juga ada anggota-anggota yang berperan penting dalam kegiatan dan organisasi kemasyatakatan, misalnya dalam kedudukan kepemimpinan DHD-Angkatan ’45 NTT, Golkar NTT, Peripabri, perkoperasian, organisasi kepemudaan, dan dalam kegiatan jemaat setempat.
Semua capaian itu tentulah terjadi tidak hanya oleh kemampuan manusiawi, tetapi terutama karena karunia dan berkat dari Dia yang Maha Kasih.