Keluarga ini adalah keluarga yang dibentuk oleh ikatan antara para guru. Sang isteri adalah guru SD sedang sang suami semula guru SGPD kemudian dosen IKIP Negeri di Surabaya, keduanya lembaga yang membina calon guru. Pertemuan keduanya terjadi lewat sebuah peristiwa pelatihan olahraga. Pada peristiwa itu sebentuk cincin seorang peserta terjatuh. Para peserta, juga John yang menjadi asisten pelatih, bersama mencari cincin yang hilang. Pada saat itu John berada berdampingan dengan Narmi salah seorang peserta, dan waktu berjalan mencari cincin yang hilang keduanya bersinggung, dan pada saat yang sama menemukan cincin di lapangan. Sejak itu John beberapa kali mengunjungi bekas peserta latihan. Cinta yang timbul pada singgungan pertama berkembang.
Ikatan cinta yang tumbuh menghubungkan keduanya melampaui perbedaan suku bangsa. Jawa dan Sawu menjadi satu. Mereka menikah tanggal 31 Maret 1960 di Surabaya. John dan Narmi dikaruniai tiga orang anak, yaitu Hendy, Yenny dan Agus.
Dari ketiganya, dua sudah membentuk keluarga. Hendy menikah dengan Enny di Surabaya pada tanggal 17 Juni 1991, dan Yeni menikah dengan Eko satu setengah tahun sebelumnya, yaitu tanggal 18 Januari 1990 di Surabaya. Kalau dihitung jumlah buyut opa Stefanus Hire Kana dari keluarga John dan Narmi, maka keluarga ini sudah mempersembahkan empat orang buyut, masing-masing seorang laki-laki dan perempuan dalam keluarga Hendy dan Enny, dan dua orang perempuan dan laki-laki dalam keluarga Eko dan Yeni.
Anak-anak dan menantu-menantu Narmi dan John paling sedikit telah menyelesaikan SMA, bahkan sebagian besar mereka telah menyandang gelar dari pendidikan tinggi. Ada yang bergelar Sarjana Ekonomi,yang lain Drs. Administrasi Niaga, yang lain lagi Diploma II Seni Rupa, dan seorang Insinyur Teknik Sipil.
Anak-anak dan menantu menggeluti aneka profesi yang cukup beragam jenisnya. Hendy adalah seorang wiraswastawan dalam bidang manajemen, sesuai dengan latar belakang pendidikan terakhirnya. Yeni tetap setia meladeni profesi ayah dan ibunya sebagai guru. Eko berkecimpung dalam usaha wiraswasta. Dan Agus, sang Insinyur Sipil, sibuk dengan berbagai proyek konstruksi, menjadi contoh khas dari dinamika para insinyur muda Indonesia di era industrialisasi ini.
John dan Narmi juga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan di luar pekerjaan utamanya. Di tempat tinggal mereka, sebuah komunitas permukiman relatif baru di Surabaya, John pernah melayani tugas kemasyarakatan sebagai penjabat Ketua RT. Di samping itu, sesuai bidang keakhliannya John sekali seminggu memberi latihan senam jantung sehat kepada sejumlah peserta klub jantung di Kota Surabaya.
Sedangkan Narmi memberikan layanan kependidikan kepada tunas- tunas muda dari keluarga-keluarga di sekitar tempat tinggal mereka sebagai salah satu kegiatan sosial di luar jam dinas mengajarnya. Kepekaan terhadap kebutuhan yang ada di masyarakat sekitarnya telah diwujudkan dalam aktivitas nyata.