Skip to contentSkip to main navigationSkip to footer

Papa, Opa, Opa Buyut Stefanus Hire Kana: Sang Guru, Anggota Majelis, Jemaat dan Perintis Penghijauan

Nico L. Kana

Pada awal abad ke-20, tepatnya tanggal 21 Agustus 1906, dikampung kecil Raeroro, sebuah pemukiman yang terletak di tepi sebuah sungai kecil, di kecamatan Sabu Barat, Pulau Sawu, Kabupaten Kupang, NTT, seorang anak laki-laki lahir dalam keluarga Kana Huru dan Piga Kalli.

Putra tadi adalah anak tunggal dalam keluarga, dan oleh Kana Huru sang putra satu-satunya itu diberi nama Hire Kana, sesudah dibaptis, Hire Kana menerima nama Baptis, sehingga nama lengkapnya adalah Stefanus Hire Kana.

Tatkala mencapai usia enam tahun oleh Kana Huru dan Piga Kalli, putra satu-satunya tadi dimasukan ke satu-satunya SD waktu itu Seba, ibukota Pulau Sabu, yang kurang lebih 2 km jaraknya dari kampung Raeroro. Itulah SD pertama yang didirikan oleh Badan Zending pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke -20 itu di Sawu, Keberadaan Sekolah tadi adalah suatu hal yang modern, yang menjadi wahana awal pengenalan dengan pengaruh luar di Sawu.

Saat itu keluarga Kana Huru-Piga Kalli tergolong warga masyarakat yang terbuka kepada hal-hal baru, apalagi bila diingat bahwa bahkan sampai dengan tahun 1940-an atau 1950-an guru-guru sekolah di NTT masih harus berusaha keras mencari anak usia sekolah agar memperoleh murid.

Bersekolah di SD selama enam tahun di Sawu merupakan periode awal dari Hire kecil menguak perjalanan hidupnya untuk kelak menjadi seorang guru atau pendidik, Ia kemudian harus pindah ke luar pulau Sawu, yaitu  keSumba, untuk menempuh Pendidikan lanjutan yang mempersiapkannya menjadi seorang guru.

Tidak tersedianya Lembaga Pendidikan paska SD hingga th 1960 di Sawu tidak menghalangi keluarga Kana Huru di dekade kedua abad ke 20 itu untuk mencari tempat bagi anaknya melanjutkan sekolah.

Dan cara inilah yang pada tahun-tahun berikut menjadi pola yang diikuti oleh para orang tua yang responsive pada perkembangan, untuk mencari peluang di pulau lain yang berdekatan demi kesempatan untuk berkembang. Tekad untuk meraih kesempatan pada kenyataannya tidak dapat hanya dengan mengandalkan gaji guru, namun perlu faktor-faktor lain sebagai pendukung,  Itu semua bisa berhasil kalau sifat mandiri sudah terlebih dahulu dimiliki. Itulah sebabnya tanpa menjadi petani, seorang guru tidak dapat mengelola kelangsungan hidup ekonomi keluarganya. Demikian pula usaha ternak sekecil apapun merupahkan sumber pendukung lainnya.

Member of Kana Family - 01 Stefanus HIre Kana 1
Stefanus Hire Kana

Seorang guru seperti Stefanus Hire Kana juga menjadi tukang kayu yang mendirikan rumah tempat keluarganya berteduh. Kemampuan bercorak majemuk seperti ini bukan saja mendukung ketahanan ekonomi keluarga, tetapi juga melengkapi keluarga dengan ikatan emosional yang kuat terhadap tempat tinggal, dan dapat  menyisihkan dana meskipun sedikit untuk mendukung biaya sekolah anak-anaknya.

Lebih dari pada itu , proses kehidupan yang dialami oleh sebuah keluarga seperti keluarga Hire Kana mengajarkan pelajaran mendasar dan tentang hidup mandiri, sebuah sikap hidup yang akhir -akhir ini masih harus dipelajari dengan susah payah oleh masyarakat  pada umumnya.

Ditengah-tengah kehidupan ekonomi yang tidak selalu berkecukupan , Hire Kana tetap berupaya untuk mewujudkan apa yang disebut oleh banyak orang dengan human investment, yaitu dengan mengupayakan kelanjutan Pendidikan dan sekolah anak-anaknya.

Adalah kenyataan bahwa istrinya, ibu dari anak-anaknya tidak dapat dilupakan dalam tulisan singkat tentang Hire Kana ini, tanpa Helena Dila Manutede, yang lebih akrab disapa dengan panggilan sayang, Na Alu, istrinya dan ibu dari anak-anaknya, mustahil apa yang terlampau berani dilakukan Hire Kana dapat membuahkan hasil. Itu semua  adalah wujud dari kesedian untuk berkorban generasi terdahulu demi terciptanya keadaan yang makin baik bagi generasi berikutnya.

Dalam hubungan itu tidak semuanya yang telah dialami dapat dijelaskan secara rasional dan masuk akal. Berkaitan dengan itulah Hire Kana menyiratkan suatu kekuatan yang selalu akan diingat sebagai factor yang meneguhkan oleh anak-anak, para menantu, cucu dan buyutnya, yaitu bahwa hidup manusia bersandar pada iman disamping tetap mengupayakan ichtiar.

Relasi dengan Iman ini setiap kali disegarkan lagi ditengah-tengah mereka, yang kini sudah tinggal tersebar diberbagai tempat, di Sumba, Surabaya, Bandung, Salatiga, Kupang dan Jakarta. Tatkala hari-hari penting seperti hari ulang tahun dari setiap orang diantara mereka atau tatkala tiba hari-hari istimewa seperti Natal dan Tahun Baru, mereka hampir pasti menerima ucapan khusus dari seseorang yang melewatkan masa senjanya di Sumba. Dan pada saat-saat seperti itu, baik bagi semua mereka maupun untuk masing-masing anak, menantu, cucu dan buyut selalu Sang Papa, Opa, Opa buyut menyegarkan hubungan antara peristiwa itu dengan landasan Iman. Bersamaan dengan ucapan salam dan harapan baik, selalu ada sebuah perikop nas Alkitab dikutip sebagai acuan tahap hidup berikutnya bagi yang bersangkutan.

Member of Kana Family - Papa Mama
Papa dan Mama (Helena Dila Matudede (kiri), Stefanus Hire Kana (kanan))

Di masyarakat NTT pada umumnya, dan di masyarakat Sumba pada khususnya, fungsi guru tidak terwujud hanya di ruang kelas dan dihalaman sekolah. Dimasyarakat luas para guru menjadi arah tatapan warga persekutuan jemaat gereja tatkala umat mencari pimpinan Jemaatnya. Akibatnya para guru kebanyakan dipilih pula oleh warga jemaat sebagai anggota majelis jemaat, yaitu kelompok pemimpin dalam suatu jemaat yang bersama-sama pendeta mengelola kegiatan gereja dan jemaat juga memelihara kehidupan iman umat.

Guru bukan saja orang yang digugu dan ditiru dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi panutan bagi hidup iman dan kepercayaan. Demikianlah Hire Kana, dengan kemampuan yang dikaruniakan kepadanya turut mengemban tugas sebagai pelayanan spiritual dan pemelihara kehidupan iman warga jemaat. Itulah dwifungsi jenis lain yang sudah lama terwujud, sebelum dwifungsi jenis lain pada tahun-tahun belakangan ini diperkenalkan dalam kehidupan social politis masyarakat bangsa Indonesia

Ada satu hal lagi yang harus dikemukakan mengenai perjalanan hidup Hire Kana. Dan hal ini tidak pula dapat dilepaskan dalam perwujudan fungsinya sebagai guru.  adalah perannya sebagai guru bagi masyarakat sekitarnya. Ditempat tinggal keluarga Stefanus Hire Kana di Sumba, yaitu permukiman baru bernama Kandara, keluarga ini mempunyai sebidang tanah sawah tadah hujan dan tanah tegalan.

Di area tegalannya si guru Hire Kana menunjukan contoh nyata kepada masyarakat sekitarnya tentang bagaimana melakukan penghijauan  lama sebelum pemerintah  setempat  mengkampanyekan program penghijauan. Pada alur teras-teras tegalannya yang landai, oleh Hire ditanami berderet-deret tanaman Lamtoro, sehingga areal tegalan yang semula tanpa pohon dihijaukan dan dengan begitu sekaligus tercegahlah bahaya erosi. Begitulah ia menjadi guru bagi masyarakat luar sekolah.

Dan untuk apa yang dilakukan Hire Kana selama, puluhan tahun kemudian ia ditetapkan  oleh dinas pemerintah setempat sebagai orang yang merebut juara petani teladan dan menjadi lambang keberhasilan program penghijauan yang akhir-akhir ini digalakan oleh pemerintah.

Keluarga Besar Hire Kana
Keluarga Besar Stefanus Hire Kana

Memang apa yang dilakukan oleh Hire Kana telah mendahului upaya pemerintah. Paling tidak si guru penghijauan telah menerima pengakuan atas karyanya yang diselenggarakannya bukan karena dikampanyekan oleh pemerintah tersebut. Bagi Hire yang lebih bermakna adalah bahwa upaya penhijauan tadi merupakan perwujudan fungsinya sebagai guru bagi masyarakat.

Suatu pelajaran lain yang patut disebut adalah pelajaran untuk anak-anak Hire Kana. Keberlangsungan hidup suatu keluarga tidak semata-mata tergantung pada kemampuan dan ketahanan sendiri, tetapi dukungan masyarakat sekitar dan ikatan keluarga yang lebih luas turut memainkan peranannya. Keberadaan seseorang didaerah yang relatif lebih kecil tentulah tidak menawarkan keadaan yang lebih baik bagi generasi berikutnya.

Mengupayakan peluang yang lebih maju ditempat lain sudah diwujudkan oleh sejumlah orang tua, meskipun kebanyakan orang tua di Sawu belum menganggapnya perlu.

Hire Kana beruntung dilahirkan dalam suatu keluarga yang sadar akan keperluan bagi pengembangan masa depan, sehingga pola yang sama itu diterapkan pula oleh Hire sendiri bagi anak-anaknya, meskipun anak-anaknya harus beralih ke lokasi yang lebih jauh lagi karena diwaktu itu  belum tersedia SMA diwilayah NTT sendiri.

Peluang menggapai kesempatan lebih baik diawal abad ke-20 memang hanya terbuka dalam profesi guru. Kalaupun ada peluang lain selain guru itu adalah pekerjaan sebagai perawat di klinik / pusat layanan Kesehatan yang belum menuntut Pendidikan formal setinggi persiapan yang harus dilewati oleh seseorang yang ingin menjadi guru.

Peluang untuk meningkatkan diri dalam profesi guru yang tersedia waktu itu diwujudkan lagi oleh Hire Kana kemudian. Itu terjadi setelah menunaikan tugas mengajar di SD puluhan tahun setamat dari Pendidikan guru dua tahu selepas SD, Hire Kana termasuk salah satu dari peserta Angkatan pertama sebuah Crash program peningkatan mutu guru lewat kursus Pendidikan lanjutan guru dua tahun yang dikenal dengan nama Normal School (disingkat NS). Peserta proram ini adalah mereka yang lolos seleksi dari antara para guru yang sudah berdinas puluhan tahun.

Lewat penyelengaraan Crash Program NS itu, untuk pertama kalinya diperkenalkan sebuah nilai baru ke lingkungan masyarakat guru di pulau Sumba, yaitu untuk belajar tidak ada hambatan usia, atau masa kini lebih dikenal dengan ungkapan  life long education.

Para lulusan progam NS di Sumba itulah yang kemudian menjadi tulang punggung dalam pemenuhan sumber daya manusia ke Pendidikan yang makin memadai baik bagi penyelenggaran pendidikan dan pengajaran di sekolah -sekolah maupun bagi pengelolaan administrasi Pendidikan

Para lulusanprogram NS berhasil mengembangkan jenjang professional mereka, antara lain sebagian dari mereka  menjadi Kepala SD, guru SMTP atau SPG, Kepala SMP dan Kepala SPG dan sebagian lagi dipercaya sebagai pejabat penilik sekolah, kakanwil ataupun pengelola yayasan persekolahan.

Hire Kana yang tetap setia pada profesinya sebagai guru, meniti kariernya sebagai kepala SD dan kemudian kepala SPG. Dalam kedudukannya sebagai kepala SPG, dari tangannya bersama rekan-rekan tercetak sejumlah guru yang menjamin kelanjutan tugas kependidikan di berbagai sekolah yang tersebar di seluruh pulau Sumba, daerah tempat Hire Kana mengawali pembentukan dirinya sampai masa pensiun hingga mencapai usia senja menyaksikan mekar dan tumbuhnya buah tangannya dalam pelayanan mereka sebagai guru dan terutama sebagai pendidik.

Bagi Hire Kana, iman bukan saja acuan untuk rencana melainkan juga pembimbing bagi perbuatan nyata. Ikhtiar manusia berorientasi pada Ikhtiar imaniah, itulah inti pelajaran hidup seorang Hire Kana, seorang Papa, Opa, Opa buyut dari orang-orang yang tetap mencintainya.
Member of Kana Family - Papa dan Kawan
Papa beserta kawan-kawan SPG

There are no comments yet

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.